Senin, 18 Mei 2009

Selai Buah Pala

Tanaman pala merupakan tanaman asli Indonesia, karena tanaman ini berasal dari Banda dan Maluku, yang kemudian menebar ke pualu-pulau lain termasuk ke pulau Jawa. Biji pala dapat dimanfaatkan secara langsung sebagai rempah-rempah, sedangkan daging buah pala umumnya dapat diproses menjadi manisan, asinan, selai, sirup ataupun sari buah. Buah pala terdiri atas daging buah (77.8%), biji (13.1%), fuli (15%) dan tempurung (4%) dari total buah pala (Ermiati, dkk. 1993).

Selama ini pemanfaatan buah pala hanya difokuskan terhadap biji pala sebagai rempah-rempah, sedangkan daging buah pala yang merupakan komponen terbesar dari buah pala belum banyak dimanfaatkan. Daging buah pala dapat diolah menjadi manisan, selai, jelli, sirup ataupun sari buah (Ermiati, dkk. 1993).

Selai merupakan salah satu alternatif pemanfaatan daging buah pala yang ditujukan untuk meningkatkan daya guna dan ketahanan simpan dari buah pala tersebut. Selai cukup disukai karena praktis, enak dan bermanfaat bagi kesehatan (Satuhu, 1994). Buah pala mempunyai rasa asam dan aroma yang khas dapat menghasilkan selai yang menyegarkan.

Selai merupakan hasil daging buah pala yang telah masak dan masih segar, disaring dan diencerkan dan tidak mengalami fermentasi sehingga cita rasa yang dihasilkan masih sama dengan buah aslinya (Fachrudin, 2002). Salah satu jenis selai yang diperoleh dari pengepresan daging buah dilanjutkan dengan penambahan asam dan gula pasir. Selai ini dapat langsung diminum. Tahapan pembuatan minuman sari buah encer dapat dilihat pada Gambar 1 di bawah ini :

Pentingnya Penelitian Isoflavon dari Ampas Tahu Sebagai Bahan Baku Pembuatan Makanan Alternatif

Limbah padat dari pengolahan tahu (ampas tahu) belum dimanfaatkan secara optimal. Selama ini pemanfaatannya terbatas hanya sebagai makanan ternak dan bahan baku pada pembuatan tauco,oncom dan tempe gembus, padahal ampas tahu cukup berpotensi sebagai sumber antioksidan alami. Antioksidan adalah senyawa yang berperan untuk memperlambat proses oksidasi lipid baik yang berada dalam tubuh manusia maupun dalam bahan pangan. Antioksidan berfungsi sebagai pencegah beberapa penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular, kanker dan aterosklerosis (Schmildz dan Labuza, 2000).

Jenis antioksidan yang terdapat pada ampas tahu adalah senyawa isoflavon. Hasil penelitian Wahyu (2004), menunjukkan bahwa ampas tahu masih mengandung 0.98% isoflavon sedangkan pada kedelai yang merupakan bahan baku pembuatan tahu mengandung isoflavon 5,5 % .

Penambahan komponen bioaktif isoflavon dalam produk pangan (makanan atau minuman) akan menghasilkan pangan yang berkhasiat bagi kesehatan. Pangan yang mengandung senyawa aktif secara fisiologis ini disebut pangan fungsional. Pada beberapa tahun terakhir ini pangan fungsional semakin populer seiring dengan makin tingginya tingkat kepedulian masyarakat untuk menjaga kesehatan. Mengkonsumsi pangan fungsional berarti akan diperoleh keuntungan lain selain nilai gizi dan kelezatannya, yaitu adanya pengaruh yang positif terhadap kesehatan tubuh.

Isoflavon yang terkandung pada kedelai sebagai bahan baku pembuatan tahu terdiri dari 99% isoflavon glikosida (daidzin, glisitin dan genistin) dan 1 % isoflavon aglikon (daidzein,glisitein dan genistein). Isoflavon glikosida artinya isoflavon yang terikat pada gugus gula sehingga bersifat mudah larut dalam pelarut polar seperti air, etanol dan metanol. Sementara itu isoflavon aglikon adalah isoflavon yang gugus gulanya sudah terlepas sehinggga senyawa ini hanya larut dalam pelarut non polar seperti heksan, cloroform dan etil asetat. Isoflavon glikon dapat terhidrolisis atau terurai menjadi aglikon akibat aktivitas enzim -glukodase karena perlakuan panas.

Senyawa isoflavon sebagaimana golongan flavonoid lainnya hanya stabil pada pH rendah atau suasana asam sehingga untuk mengekstraknya diperlukan penambahan asam seperti HCl. Mengingat pada ampas tahu belum diketahui jenis isoflavonnya apakah glikon (bentuk polar) atau aglikon (bentuk non polar) maka perlu diteliti jenis pelarut apakah yang dapat mengekstrak isoflavon dengan total komponen isoflavon tertinggi dan aktivitas antioksidan tertinggi. Jenis pelarut organik yang akan digunakan pada penelitian ini adalah etanol (polar), etil asetat (semi polar) dan heksan (non polar).

Dalam kaitannya dengan pengaplikasian ekstrak isoflavon pada produk pangan maka perlu diketahui pula kestabilan senyawa komponen antioksidan yang terkandung dalam isoflavon tersebut terhadap perlakuan panas (sterilisasi dan pasteurisasi), dan kestabilannya selama penyimpanan.

Tape Ubi Jalar

Ubi jalar adalah tanaman daerah panas, tumbuh di daerah tropik dan subtropik, pertumbuhan paling baik terjadi pada suhu di atas 24 oC. Di Indonesia yang beriklim tropik, ubi jalar cocok ditanam di dataran rendah hingga 500 m di atas permukaan laut. Daerah sentra produksi ubi jalar paling luas di Indonesia adalah Pulau Jawa, Sumatera Utara, Irian Jaya dan NTT. Produksi di Pulau Jawa umumnya di atas rata-rata produksi nasional.

Tingginya kandungan karbohidrat pada ubi jalar menjadikannya sumber yang baik untuk mensuplai energi berbentuk gula atau pati. Ubi jalar juga mengandung mineral-mineral seperti Kalsium, zat besi, vitamin A dan C, juga mengandung senyawa-senyawa karotenoida yang tinggi. Komposisi kimia ubi jalar sebagaimana tertera pada Tabel 1.

Untuk membuat tape, ubi jalar sebaiknya dipilih dari ubi yang telah tua, berwarna putih, dan kaya kandungan karbohidratnya. Ubi jalar yang berumur tua (6-7 bulan) mempunyai kandungan karbohidrat yang tinggi dan jenis ubi yang berwarna putih mengandung kadar air yang lebih sedikit daripada ubi yang berwarna merah (Lingga, 1992).

Tape adalah makanan tradisional yang telah popular bagi sebagian masyarakat Indonesia, mempunyai rasa manis – asam dengan sedikit flavor alkohol dan dibuat dengan cara fermentasi dari bahan-bahan yang banyak mengandung pati (Departemen Perindustrian,1995). Jenis tape yang umum dikenal adalah tape ubi kayu (singkong) dan tape ketan. Bahan lainnya yang banyak mengandung karbohidrat dapat digunakan pula sebagai bahan baku adalah ubi jalar, pisang dan sukun (Suliantari dan Rahayu, 1990).


Proses pembuatan tape ubi jalar didasarkan pada cara pembuatan tape singkong. Pembuatan tape ubi jalar dilakukan dengan mengupas dan mencuci bersih ubi yang kemudian dipotong-potong. Selanjutnya ubi direndam dalam larutan kalsium karbonat selama kurang lebih 15 menit untuk mendapatkan ubi yang agak keras tapi dengan tekstur yang gembur. Setelah direndam ubi dicuci lagi sampai bersih lalu ditiriskan. Kemudian dikukus sampai setengah matang. Setelah ditiriskan di atas tampah, dan sesudah ubi jalar dingin ragi tape disebarkan merata di atas ubi jalar. Fermentasi dilakukan selama 2-3 hari pada suhu 28 – 30o 0C. Diagram proses pembuatan tape ubi jalar sebagaimana tertera pada Gambar 1.



Definisi Tanaman Sayuran dan Buah-buahan Tahunan

Tanaman sayuran tahunan
Yang dimaksud adalah tanaman sumber vitamin, garam mineral dan lain-lain yang dikonsumsi dari bagian tanaman berupa daun dan atau buah, berumur lebih dari satu tahun serta berbentuk pohon.

Tanaman buah-buahan tahunan
Yang dimaksud adalah tanaman sumber vitamin, garam mineral dan lain-lain yang dikonsumsi dari bagian tanaman berupa buah dan merupakan tanaman tahunan, umumnya dapat dikonsumsi tanpa dimasak lebih dahulu.

Jenis tanaman buah-buahan tahunan dikelompokkan dalam 3 jenis, yaitu:
  • Jenis tanaman buah-buahan yang tidak berumpun dan dipanen sekaligus. Kelompok buah-buahan ini biasanya berbuah menurut musim. Meskipun dalam kriteria ini digolongkan dalam panen sekaligus, keadaannya di lapangan tidaklah berlaku mutlak seperti tersebut di atas, sebab waktu dipanen masih ada buah yang belum masak atau sebagian buah telah dipetik sebelumnya karena masaknya lebih awal. Keluarnya bunga yang relatif serempak merupakan dasar penggolongan ini. Contoh: mangga, manggis, rambutan dan duku/langsat/kokosan.
  • Jenis tanaman buah-buahan yang tidak berumpun dan dipanen berulangkali/lebih dari satu kali dalam satu musim/tahun. Dipanen terus-menerus satu tahun. Contoh: pepaya, sawo, jambu biji, belimbing, nangka, an sirsak. Dipanen terus-menerus satu musim. Contoh: alpukat, durian, jeruk, apel, dan jambu air.
  • Jenis tanaman buah-buahan yang berumpun dan dipanen terus-menerus. Contoh : salak, nenas, dan pisang.


Definisi Tanaman Sayuran dan Buah-buahan Semusim

A. Tanaman sayuran semusim
Yang dimaksud adalah tanaman sumber vitamin, garam mineral dan lain-lain yang dikonsumsi dari bagian tanaman yang berupa daun, bunga, buah dan umbinya, yang berumur kurang dari satu tahun. Tidak dibedakan antara tanaman sayuran yang ditanam di daerah dataran tinggi dan dataran rendah, begitu juga yang ditanam di lahan sawah dan lahan bukan sawah.
  • Tanaman sayuran yang dipanen sekaligus, pada kelompok ini tanaman sehabis panen langsung dibongkar/dicabut. Contoh: bawang merah, bawang putih, bawang daun, kol/kubis, kentang, petsai/sawi, wortel, lobak, kacang-kacangan yang dipanen sekaligus.
  • Tanaman sayuran yang dipanen berulangkali/lebih dari satu kali. Contoh : cabe besar, cabe rawit, tomat, terung, ketimun, buncis, bayam, kangkung, kacang-kacangan yang dipanen berulangkali.
B. Tanaman buah-buahan semusim
Yang dimaksud adalah tanaman sumber vitamin, garam mineral dan lain-lain yang dikonsumsi dari bagian tanaman berupa buah, berumur kurang dari satu tahun, tidak berbentuk pohon/rumpun, tetapi menjalar dan berbatang lunak.

Klasifikasi Jagung

Jagung hibrida adalah jagung yang benihnya merupakan keturunan pertama dari persilangan dua galur atau lebih dimana sifat-sifat individunya Heterozygot dan Homogen. Contohnya : Kelompok Cargil seperti C1, C2, Kelompok Pioneer seperti P1, P2, Kelompok Bisi seperti Bisi 1, Kelompok Semar seperti Semar 1, Kelompok CPI seperti CPI 1.

Jagung komposit adalah jagung yang benihnya campuran dari beberapa varietas, sehingga individunya Heterozygot dan Heterogen. Contohnya : Lamuru, Krisna, Gumarang, Bisma dll.

Jagung lokal adalah jagung yang merupakan hasil pertanaman spesifik lokasi, tidak merupakan benih hibrida dan impor contoh Jagung Kodok, Jagung Kretek, Jagung Manado Kuning, Jagung Metro.

Minggu, 17 Mei 2009

Definisi Padi

Padi di lahan sawah adalah padi yang ditanam di lahan sawah. Yang termasuk padi di lahan sawah: padi rendengan, padi gadu, padi gogo rancah, padi pasang surut, padi lebak, padi rembesan dan lain-lain.

Padi di lahan bukan sawah adalah padi yang ditanam di lahan bukan sawah. Yang termasuk padi di lahan bukan sawah ialah padi gogo/ladang/huma.

Padi hibrida adalah padi yang benihnya merupakan keturunan pertama dari persilangan dua galur atau lebih dimana sifat-sifat individunya Heterozygot dan Homogen. Contohnya : Miki – 1, Intani – 1, Intani – 2, Miki – 2.

Padi konvensional adalah padi yang benihnya berasal dari galur murni, sehingga individunya Homoozygot dan Homogen. Termasuk turunan pertama dan seterusnya dari padi hibrida, dan padi lokal. Contohnya : IR – 64, Way Apo Buru, Sei Lilin, Rojolele, Pandanwangi, dll.

Konsep dan Definisi Lahan Sawah dan Bukan Sawah

A. Definisi Lahan Sawah
Yang dimaksud dengan lahan sawah adalah lahan pertanian yang berpetak-petak dan dibatasi oleh pematang (galengan), saluran untuk menahan/menyalurkan air, yang biasanya ditanami padi sawah tanpa memandang dari mana diperolehnya atau status tanah tersebut. Termasuk di sini lahan yang terdaftar di Pajak Hasil Bumi, Iuran Pembangunan Daerah, lahan bengkok, lahan serobotan, lahan rawa yang ditanami padi dan lahan-lahan bukaan baru (transmigrasi dan sebagainya).

Berdasarkan pengairannya lahan sawah dibedakan menjadi :
1.Lahan Sawah Berpengairan (Irigasi).
Yaitu lahan sawah yang memperoleh pengairan dari sistem irigasi, baik yang bangunan penyadap dan jaringan-jaringannya diatur dan dikuasai dinas pengairan PU maupun dikelola sendiri oleh masyarakat.
Lahan sawah irigasi terdiri atas :
  • Lahan sawah irigasi teknis.
  • Lahan sawah irigasi setengah teknis.
  • Lahan sawah irigasi sederhana.
  • Lahan sawah irigasi non PU

2. Lahan Sawah Tak Berpengairan (Non Irigasi)
Yaitu lahan sawah yang tidak memperoleh pengairan dari sistem irigasi tetapi tergantung pada air alam seperti : air hujan, pasang surutnya air sungai/laut, dan air rembesan.
Lahan sawah non irigasi meliputi :
  • Lahan sawah tadah hujan.
  • Lahan sawah pasang surut.
  • Lahan sawah lainnya (lebak, polder, rembesan, lahan rawa yang dapat ditanami padi dan lain-lain).

B. Lahan Bukan Sawah
Yang dimaksud dengan lahan bukan sawah adalah semua lahan selain lahan sawah seperti lahan pekarangan, huma, ladang, tegalan/kebun, lahan perkebunan, kolam, tambak, danau, rawa, dan lainnya. Lahan yang berstatus lahan sawah yang sudah tidak berfungsi sebagai lahan sawah lagi, dimasukkan dalam lahan bukan sawah.