Minggu, 14 Juni 2009

Bio Cyclo Farming

Dalam alur proses suatu pengolahan akan selalu menimbulkan suatu sisa dari proses tersebut. Sisa proses demikian dapat dikatakan sebagai limbah dari proses yang berlanjut. Limbah dapat menjadi suatu hal yang merugikan jika keberadaannya sangat banyak dan tidak terolah dilingkungan. Oleh karena itu diperlukan suatu penanganan khusus mengenai limbah agar tidak mencemari lingkungannya dan merugikan berbagai pihak.

Bidang pertanian merupakan bidang yang luas. Bergerak diberbagai sektor dan cakupan tertentu yang sangat luas. Pertanian terdiri atas pertanian, perikanan, peternakan, dan perkebunan. Proses pertanian yang panjang dengan proses yang kompleks, tentu akan menghasilkan suatu sisa proses yang kompleks dengan jumlah yang tidak sedikit. Hal ini belum termasuk pula dengan prilaku pengolahan yang diberikan pada saat pelaksanaan kegiatan pada bidang pertanian, dari mulai pemupukan, perlakuan pengairan, penanganan hama penyakit,dan lain sebagainya. Bila diakumulasikan sisa proses pertanian akan sangat banyak terkait dengan prosesnya yang kompleks, banyak, dan waktu pengolahan yang kontinyu. Hal demikian tentu akan sangat merugikan dan dapat menimbulkan dampak buruk terhadap ekologi apabila dibiarkan begitu saja tanpa pengolahan dan penganan yang berarti.

Suatu proses, pengembangan, dan pembangunan diharapkan agar berwawasan lingkungan. Hal ini sebenarnya adalah untuk menjaga keterlanjutan (suistainability) lingkungan manusia dengan sendirinya menjaga pula keterlanjutan lingkungan pertanian. Oleh karena itu diperlukan suatu keterpaduan pengembangan kawasan tertentu yang dapat mengurangi resiko limbah yang besar, berwawasan lingkungan, dan menimbulkan efek manfaat besar dan beruntun.

Bio Cyclo Farming adalah suatu proses keterpaduan antar sektoral pada bidang pertanian yang saling memanfaatkan sisa dari proses pengelolaan dari suatu sektor, yang kemudian dimanfaatkan kembali pada sektor lainnya untuk menghasilkan suatu manfaat lain yang berguna, dilakukan dalam suatu alur putar kontinyu (loop) tertentu sehingga dapat menghasilkan manfaat ulang bagi sektor pertama olahannya. Bio Cyclo Farming ini tidak hanya berguna bagi keberlangsungan usaha pada sektor lainnya pada bidang pertanian, akan tetapi dapat berguna bagi ekologi yang ada dimana sistem itu diberlangsungkan. Bio Cyclo Farming akan dapat memberikan dampak positif bagi lingkungan, yakni dengan mereduksi keberadaan limbah pada lingkungan. Sehingga dengan demikian dapat mengurangi pencemaran lingkungan, dan dapat menjaga kelestarian lingkungan disekitarnya. Bio Cyclo Farming hanya menggunakan sesuatu proses alami ( natural ), dimana pada pengelolaannya tidak menggunakan terlalu banyak bahan – bahan kimia sintetis yang dapat merugikan lingkungan dan kesehatan. Bio Cyclo Farming menggunakan sesuatu yang berasal dari alam, berupa sisa – sisa zat yang berasal dari tanaman dan hewan.

Bio Cyclo Farming dapat diusahakan dengan memadukan semua sektoral yang ada pada bidang pertanian. Dimulai dengan pertanian ( holtikultura dan sayur – sayuran), peternakan ( hewan ternak dan unggas), perikanan ( ikan air tawar, ikan air payau, dan ikan hias),dan perkebunan (teh,tebu,kakao,dsb).

Bio Cyclo Farming merupakan suatu cara yang tepat dalam mengatasi berbagai kemungkinan dan harapan seperti diatas. Dengan cara pengelolaan pertanian seperti ini, keberadaan limbah akan dapat direduksi bahkan dapat dimanfaatkan ulang untuk memperoleh manfaat lainnya yang berguna bagi kehidupan manusia.

Untuk meningkatkan perekonomian masyarakat, khususnya di pedesaan yang sebagian besar petani, diperlukan konsep pertanian terpadu yang dapat memaksimalkan seluruh potensi pertanian dengan menerapkan teknologi tepat guna seperti teknologi Bio Cyclo Farming. Teknologi yang merupakan sistem pertanian yang dikelola secara integratif dan intensif itu kini diperkenalkan Kementerian Riset dan Teknologi.

Dengan sistem ini, pola tanam, jenis tanaman, dan industri pascapanen distandardisasi sehingga dapat menghasilkan produk pertanian yang memenuhi standar internasional guna memasuki persaingan pasar bebas. Sistem ini memungkinkan masuknya berbagai teknologi untuk meningkatkan produktivitas dan nilai tambah hasil pertanian dan peternakan. Dengan teknologi Bio Cyclo Farming, pertanian tidak hanya memanfaatkan produk biji-bijian, misalnya, tetapi juga memanfaatkan produk samping dari hasil panen seperti batang jagung, jerami, batang kedelai, batang dan daun kacang tanah dan lain-lain. Contoh pemanfaatannya adalah untuk pakan ternak yang sudah diperkaya proteinnya melalui proses fermentasi. Dari sini, dihasilkan produk lain berupa daging, telur dan ikan.Sedangkan limbah ternak merupakan bahan baku yang baik untuk menghasilkan pupuk murah untuk meningkatkan produksi tanaman.

Peluang ekonomi yang dikembangkan adalah sistem multiple cropping antara panen harian (unggas/ sapi perah), panen musiman (jagung, kedelai, padi), panen bulanan (ikan), panen tahunan (sapi) dan panen winduan (jati emas).Pola ini akan dikembangkan di masyarakat untuk memungkinkan petani menabung karena adanya panen harian, bulanan, tahunan dan seterusnya.

Kemampuan petani untuk menabung inilah yang harus ditingkatkan, sebab bila petani mampu menabung, maka ekonomi di kawasan tersebut akan tumbuh dan berpengaruh positif terhadap perkembangan ekonomi daerah dan ketahanan pangan, yang selanjutnya akan berdampak pada upaya peningkatan daya serap tenaga kerja untuk memanfaatkan sumber daya alam daerah yang berlimpah. Uji coba kini dikembangkan di berbagai daerah.

Salah satu kegiatan penelitian dan pengembangan yang dilakukan contohnya di TPT Kuro Tidur adalah ujicoba pengembangan Bio Cyclo Farming/Teknologi Pertanian Terpadu skala rumah tangga. Kegiatan ini bertujuan untuk menemukan suatu bentuk pengembangan pertanian terpadu skala rumah tangga untuk kawasan transmigrasi. Tahap pertama kegiatan yang dilaksanakan tahun 2003 terdiri pengadaan (sarana dan prasarana), pemeliharaan ternak, pembuatan pupuk organik dan pertanian (hortikultura, HMT dan sayuran). Dalam kegiatan ini metode yang dilakukan adalah; Pengumpulan data sekunder terdiri dari studi pustaka, yaitu kajian terhadap berbagai dokumen yang berkaitan dengan hasil penelitian dan pengembangan maupun yang telah dilakukan sebelumnya. Adapun analisis pelaksanaan pengembangan teknologi pertanian terpadu tahap kedua baik dilihat dari aspek fisik (kebutuhan HOK), aspek ekonomi (tingkat pendapatan), dan aspek sosial (budaya dan kebiasaan). Prinsip dasar dari teknologi pertanian terpadu ini adalah usaha peternakan atau usaha pertanian dapat dijadikan sebagai basis untuk kelanjutan aktifitas kegiatan lainnya.

Pada usaha pertanian pangan dengan komoditas yang dikembangkan tanaman padi, jagung atau kedelai selain dapat menghasilkan komoditas pangan yang berkualitas, juga dapat menghasilkan pakan ternak baik yang berasal dari produknya maupun dari limbahnya. Pakan ternak yang dihasilkan dari hasil ikutan ini dapat menghasilkan ternak, daging, atau telur. Teknologi pertanian terpadu ini dirancang sebagai suatu proses multiple cropping yang dapat menghasilkan produksi sepanjang tahun yang terdiri dari:

1) Panen harian yang diperoleh dari telur unggas atau susu sapi

2) Panen bulan berupa hasil budidaya ikan dan tanaman sayuran

3) Panen musiman yang diperoleh dari budidaya tanaman pangan seperti padi, jagung dan kedelai

4) Panen tahunan dari budidaya sapi dan kambing/domba

5) Panen winduan dari hasil budidaya jatimas.

Usaha peternakan yang dapat dibudidayakan dan dikembangkan antara lain ternak ruminansia, ternak unggas maupun perikanan. Apabila komoditi ternak yang dikembangkan adalah ternak ruminansia, maka ketersediaam pakan ternak yang berasal dari limbah pertanian cukup melimpah. Limbah pertanian ini dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak ruminansia yaitu penggemukan sapi atau domba/kambing. Sementara kebutuhan akan konsumsi daging di Provinsi bengkulu sebagian masih dipasok dari luar daerah sehingga penggemukan sapi masih potensial untuk dikembangkan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar